Di Desa Pekuncen terdapat bangunan bernama Masjid Saka Tunggal yang dipercaya termasuk masjid tertua di Indonesia. Hingga kini, masjid ini merupakan destinasi religi populer. Beberapa versi sejarah mengatakan bahwa bangunan masjid ini telah ada sejak 1288 Masehi.
Profil Masjid Saka Tunggal
Nama Masjid | Masjid Saka Tunggal Baitussalam |
Alamat | RT.02/RW.4, Cikakak, Kec. Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53176 |
Tahun Berdiri | 1288 M |
Luas Tanah | – m2 |
Luas Bangunan | – m2 |
Daya Tampung Jamaah | < 300 Jamaah |
Lokasi | Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia |
Jam Buka | 07.00–17.00 |
Sejarah Masjid Saka Tunggal
Dari segi tahun, memang ada berbagai versi yang menjelaskan kapan waktu berdirinya masjid. Versi yang pertama berdasarkan Muhammad Abdullah, disebutkan bahwa masjid Imam Reza berdiri sejak 1288 Masehi.
Hal ini didasari oleh angka yang diukir pada tiang/saka tunggal masjid, bertuliskan 1288. Apabila 1288 yang dimaksud adalah tahun masehi, berarti pembangunan masjid ini lebih dahulu daripada Majapahit yang merupakan Kerajaan Hindu-Buddha.
Versi yang kedua menyebutkan jika pada 1288 M bangunan ini masih digunakan sebagai tempat untuk peribadatan umat Hindu. Barulah di tahun 1522 saat Islam dibawa masuk K.H Mustholih menuju Desa Cikakak, bangunan ini berubah fungsi menjadi sebuah masjid.
K.H Mustholih beranggapan bahwa pendirian pusat dakwah adalah sesuatu yang teramat penting. Untuk mewadahi kebutuhan ini, beliau kemudian mendirikan masjid bernama Saka Tunggal menjadi pusat dakwah.
Oleh sebab itu, belum ada kepastian jika masjid ini benar-benar ada sejak sebelum Majapahit. Pendapat lainnya dari juru kunci di masjid tersebut menyebutkan jika masjidnya telah ada sebelum berdirinya Kesultanan Demak Bintoro.
Seperti yang diketahui, kerajaan Islam di Jawa yang pertama adalah Kesultanan Demak, didirikan Raden Patah sejak 1475 Masehi. Sementara itu Prof. Dr. Sugeng Priyadi, seorang pakar sejarah menyebutkan jika 1288 yang tertulis bukanlah tahun Masehi, melainkan Hijriah.
Arsitektur Masjid Saka Tunggal
Masjid ini memiliki arsitektur dengan karakter kuat, yakni perpaduan kayu serta anyaman bambu. Dari situlah ditambahkan penambahan dinding dari bahan bata sebagai eksterior yang bertujuan sebagai pemeliharaan.
Dalam interiornya, keberadaan anyaman bambu sangat penting sebagai partisi di antara ruangan yang ada, sekaligus material plafon. Kolom utama yang ada dalam masjid ini dibuat dari bahan kayu solid, tanpa disertai sambungan di pangkalnya.
Di kolom tersebut ada sayap sebanyak empat buah yang dipenuhi ukiran dengan corak flora. Pada sayap tersebut tergambar lambang papan kiblat sebanyak lima pancer, maksudnya adalah empat mata angin dengan satu pusat.
Selanjutnya di bagian mimbar ada ukiran berupa dua surya mandala sebagai lambang dua pedoman utama bagi umat muslim yaitu Al-Qur’an dan juga hadits. Setiap ornamennya kental simbol islami yang saling bersinergi dengan nilai-nilai Jawa.
Sejak 1965, masjid Saka Tunggal sudah mengalami dua kali pemugaran. Tidak hanya dinding tembok nya, namun juga diberi dinding dari anyaman bambu dengan lapisan seng untuk atapnya. Walau sebagian dindingnya diberi tembok, arsitektur tidak mengalami perubahan berarti.
Sudah berdiri selama ratusan waktu, warga maupun jamaah di sini tidak mengganti sama sekali bangunan utama di tempat tersebut selain tembok sebagai penopang. Barang lain yang tetap ada di sini adalah bedug, mimbar, kentongan, tempat wudhu, serta tongkat khatib.
BACA JUGA: Sejarah Masjid Mantingan
Lokasi Masjid Saka Tunggal
Masjid Saka Tunggal berada di RT 2/Rw 4, Cikakak, Banyumas. Berada di Jawa Tengah, masjid ini terletak kurang lebih 30 kilometer barat daya dari Purwokerto. Masjid dengan ukuran 12×18 meter ini dilingkupi pemandangan pedesaan Jawa yang begitu kental.
Ada hal unik lain yang dimiliki masjid ini, yakni banyak kera di area sekitar masjid. Kera-kera tersebut berkeliaran dengan bebas, namun keberadaannya tidak mengganggu orang yang datang ke masjid sehingga tidak menjadi masalah.
Demikian informasi mengenai masjid Saka Tunggal yang termasuk destinasi religi dengan keindahan arsitekturnya. Harmonisasi antara Islam dengan nilai budaya lokal seperti Jawa menggambarkan keserasian yang saling melengkapi.
Ditulis oleh tim jam masjid dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.
Daftar Isi