Bila berkunjung ke Jepara, banyak orang tertarik mengunjungi Masjid Mantingan . Salah satu dari masjid tertua di Indonesia ini memiliki sejarah panjang karena telah berdiri sejak masa kejayaan Ratu Kalinyamat dari Jepara.
Dulunya, masjid ini termasuk bangunan yang sangat mencolok di area pelabuhan, bangunan rumah, hingga pasar. Dengan gaya arsitekturnya yang unik, bangunan ini merupakan destinasi yang sangat menarik dan memanjakan mata.
Profil Masjid Mantingan
Nama Masjid | Masjid Mantingan |
Alamat | Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Jepara, Jawa Tengah. |
Tahun Dibangun | 1559 M |
Arsitek | Chi Hui Gwan (Patih Sungging Badarduwung) |
Luas Bangunan | – m2 |
Daya Tampung Jamaah | – Jamaah |
Lokasi | Jepara, Jawa Tengah |
Sejarah Masjid Mantingan
Sejak zaman dahulu, Jepara merupakan wilayah pelabuhan yang sangat ramai di Jawa. Sebagai bandar dagang, di tempat ini para saudagar dari penjuru dunia seperti Cina dan India saling bertemu dan menjalin relasi.
Masjid yang menjadi simbol kejayaan Jepara ini dibangun pada 1481 saka (sekitar 1559 masehi) yakni masa kejayaan Ratu Kalinyamat yang berasal dari Kesultanan Demak. Ratu bernama asli Ratna Kencana, yang kemudian menikah dengan Pangeran Kalinyamat.
Pangeran tersebut bernama Sultan Hadlirin, yang berasal dari Aceh. Pasangan ini kemudian memimpin Jepara bersama-sama. Namun, Pangeran Kalinyamat dikabarkan meninggal pada 1549 karena dibunuh pasukan dari Arya Penangsang, asal Jipang.
Peristiwa tragis tersebut dipicu perselisihan sesudah Raden Trenggono yang merupakan Raja Demak meninggal. Kesedihan Ratu Kalinyamat yang teramat besar tidak lantas membuatnya berputus asa.
Sebagai bentuk penghormatan dan rasa kasih terhadap suaminya yang telah berpulang, Raru Kalinyamat kemudian melakukan pembangunan masjid yang bernama Masjid Mantingan. Untuk mempersembahkan bangunan ini, sang ratu dibantu oleh guru spiritualnya.
Beliau adalah ayah angkat dari Sultan Hadlirin yang bernama Chi Hui Gwan yang dikenal juga sebagai Patih Sungging Badar Duwung. Beliau bertanggung jawab untuk merancang arsiteknya, kemudian pembangunannya dibantu masyarakat setempat.
Gaya Arsitektur
Arsitektur dari masjid ini sangat unik, sebagaimana yang dijelaskan dalam Ambary serta Hasan Muarif dalam bukunya. Dijelaskan bahwa bangunan ini adalah hasil rancang yang disesuaikan dengan kebudayaan masyarakat setempat serta alam.
Sebagai bangunan yang memiliki nilai sejarah, bangunan ini memiliki karakteristik yang khas. Salah satu yang paling terlihat adalah lima atap bertingkat yang terinspirasi dari gaya arsitektur Tiongkok.
Sementara itu pada bagian dindingnya, masjid dihias berbagai ornamen yang berupa ukiran relief, dibuat dari bahan batu karang putih. Hiasan yang digunakan untuk relief masjid memiliki karakteristik ornamental di zaman madya.
Jika diperhatikan, ragam hiasan yang terdapat dalam masjid ini dipengaruhi budaya Hindu serta Tiongkok. Pengaruh Hindu bisa dilihat dari bentuk gerbangnya yakni Candi Bentar yang merupakan pintu masuk menuju kawasan masjid dan makam Mantingan.
Sementara itu motif hiasan berupa bunga teratai, hewan, serta tumbuhan lainnya berasal dari Tiongkok. Namun, tentunya desain tersebut telah disesuaikan dengan nilai dan karakteristik Islam.
LIHAT JUGA: Masjid Sultan Suriansyah
Lokasi
Masjid Mantingan ada di wilayah Jepara, jaraknya sekitar 78 km dari Semarang. Perjalanan ditempuh kurang lebih 2,5 jam jika memakai kendaraan beroda empat dari Semarang. Masjid berada di Desa Mantingan, Kabupaten Jepara, Kecamatan Jepara.
Kompleks masjid serta makam Mantingan memiliki dua bangunan utama, yakni masjid serta makam. Ini merupakan makam dari Pangeran Hadlirin beserta istrinya, Ratu Kalinyamat. Pintu keluarnya sendiri adalah gapura Bentar yang berada di bagian selatan masjid.
Berdirinya masjid ini menjadi bukti jika pemerintahan bercorak Islam pernah ada di Jepara. Pengunjung yang menyukai wisata religi bisa berkunjung ke masjid ini jika sedang berlibur ke Semarang.
Demikian ulasan tentang Masjid Mantingan yang merupakan bangunan kebanggaan masyarakat Jepara. Masjid ini menyimpan cerita yang indah yakni hadiah dari sang Ratu untuk suaminya, dan masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Ditulis oleh tim jam masjid dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.
Daftar Isi