Bangunan suci nan megah yang terletak di Jakarta ini menyimpan banyak cerita historis dan filosofis bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sejarah singkat Masjid Istiqlal sangat menarik untuk dikisahkan kepada para generasi muda sebagai sebuah pembelajaran penuh makna.
Profil Masjid Istiqlal
Istiqlal merupakan salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara. Bangunan suci umat Muslim ini berdiri di atas bekas Taman Wilhelmina dan berseberangan langsung dengan Gereja besar Katedral, Jakarta Pusat.
Masjid megah ini didirikan pada tahun 1978. Arsiteknya adalah seorang nasrani bernama Frederich Silaban. Biaya pembangunannya menghabisakan dana kurang lebih sebesar 7 milyar rupiah, dengan kontraktor proyek pemerintah Republik Indonesia.
Struktur bangunan tersebut terdiri dari 2 kubah dan 1 menara besar dengan gaya arsitektur modern berbahan marmer serta ornamen baja anti karat berbentuk geometri. Selain itu, Istiqlal juga memiliki kapasitas masif. Masjid ini mampu menampung 200.000 orang saat jam waktu sholat.
Sejarah Nama Masjid Istiqlal
Istiqlal dalam Bahasa Arab berarti Merdeka. Nama tersebut disematkan pada bangunan ini sebagai sebuah ungkapan dan wujud syukur dari bangsa Indonesia atas rahmat Allah SWT yang telah menganugerahkan kemerdekaan.
Sebagai masjid nasional, Istiqlal juga menjadi wakil atas umat Islam di Indonesia. Bangunan tersebut menjadi simbol atas persatuan Muslim penjuru negeri dalam meraih kemerdekaan bangsa dari cengkraman penjajah.
Dengan nama ini, diharapkan bahwa Masjid Istiqlal akan selalu menjadi pengingat bagi generasi penerus bangsa atas perjuangan kemerdekaan yang telah dilakukan oleh para pejuang terdahulu.
Ide Pendirian Masjid Istiqlal
Ide pembangunan Istiqlal pertama kali muncul empat tahun pasca kemeredekaan. Pada 1950, K.H. Wahid Hasyim yang saat itu menjadi Menteri Agama Indonesia mengadakan sebuah pertemuan bersama dengan beberapa tokoh Islam untuk membahas pembangunan masjid nasional.
Pertemuan tersebut terjadi di Gedung Deca Park setelah jam sholat. Rapat rencana pembangunan ini dipimpin oleh K.H. Taufiqurrahman dan menghasilkan musyawarah berupa kesepakatan penamaan bangunan, yakni Masjid Istiqlal.
Ide pembangunan masjid nasional ini dilatarbelakangi atas keinginan para pendiri bangsa untuk memiliki tempat ibadah besar dan ikonik bagi umat Muslim Indonesia.
Pembentukan Panitia dan Penentuan Lokasi Masjid Istiqlal
Sejarah singkat Masjid Istiqlal selanjutnya ialah tentang pembentukan panitia dan penentuan lokasi pembangunan masjid. Saat pertemua di Deca Park, disepakati bahwa H. Anwar Tjokroaminoto ditunjuk sebagaik ketua yayasannya.
Kemudian, pada tahun 1953 panitia melaporkan rencana pembangunan masjid nasional tersebut kepada negara. Saat itu, Presiden Soekarno menanggapi dan mendukungi ide ini dengan baik. Akhirnya, yayasan Istiqlal pun disahkan secara resmi tanggal 7 Desember 1954.
Pada awalnya, terdapat perbedaan pendapat tentang penentuan lokasi pembangunan masjid. Saat itu, Mohammad Hatta mengusulkan jika bangunan seharusnya terletak di Thamrin. Akan tetapi, setelah melalui musyawarkan diputuskan bahwa Istiqlal akan berdiri di atas Taman Wilhelmina.
Sayembara Pembuatan Maket Masjid
Pada 22 Februari hingga 30 Mei 1955 berlangsung sebuah sayembara pembuatan maket Masjid Istiqlal. Menggapi pengumuman tersebut, sambutan masyarakat cukup baik. Hal tersebut tergambarkan dari banyaknya peserta yang berminat mengikuti.
Setelah melalui proses evaluasi, diputuskan bahwa hanya ada 22 karya yang memenuhi persyaratan lomba. Kemudian, pada 5 Juli 1955 diumumkan pemenang pertama dari sayembara maket ialah, Frederich Silaban dengan desainnya yang bertajuk ketuhanan.
Saat itu, Frederich Silaban mengalahkan peserta lainnya yakni R. Utoyo, Hans Gronewegen, dan para kelompok arsitek mahasiswa ITB. Pemenang pertama mendapat anugerah medali emas 75 gram dan uang sebesar Rp 25.000
Pembangunan Awal Masjid Istiqlal
Pemasangan tiang pancang pertama masjid, dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1961 oleh Presiden Soekarno. Momen tesebut dilaksanakan tepat saat perayaan peringatan maulid nabi dan disaksikan oleh ribuan umat Muslim di Indonesia.
Namun, pada tahun 1950 hingga 1965 pembangunan masjid mengalami beberapa hambatan sehingga banyak tidak terjadi kemajuan. Saat itu, proyek tersendat karena adanya situasi politik yang tak kondusif.
Kondisi terhambatnya pembangunan ini selanjutnya seamkin memuncak saat meletus peristiwa G30S/PKI tahun 1965. Saat itu proyek Istiqlal sempat dihentikan, sampai akhirnya mulai dilanjutkan kembali pada 1966 oleh Menteri Agama RI Muhammad Dahlan
Penyelesaian Bangunan Masjid Istiqlal
Pembangunan masjid kemudian dilanjutkan pada 1966 dengan kepengurusan yang kini dipegang oleh KH. Idham Chalid. Ia bertindak sebagai koordinator panitia nasional dan bertugas mengurusi keberlanjutan protek Istiqlal.
Akhirnya, masjid nasional Indonesia ini selesai dibangun setelah menghabiskan waktu pembangunan selama 17 tahun. Pada 22 Februari 1978, Presiden Soeharto meresmikan dan menandatangani prasasti yang kini terletak di area tangga pintu As-Salam.
Setelah peresmian, Istiqlal kemudian diisi dengan berbagai perlengkapan sepert karpet, jam digital masjid, mimbar, dan lain sebagainya.
Peristiwa yang Pernah Terjadi di Masjid Istiqlal
Selain digunakan sebagai tempat sholat bangunan megah ini juga kerap dipakai untuk berbagai macam kegiatan. Contohnya, guna memeriahkan acara bertajuk Visit Indonesia Year 1991, akhirnya festival tersebut digelar di pelataran Istiqlal.
Festival Visit Indonesia Year 1991 di Istiqlal berisi tentang berbagai pameran seni kebudayaan dari masyarakat Muslim Indonesia. Karena acara tersebut sukses, akhirnya masjid kembali digunakan sebagai tempat pagelaran pada peringatan 50 tahun kemerdekaan 1995.
Pada 19 April 1999, terdapat sebuah tragedi di Masjid Istiqlal. Terjadi sebuah letusan bom yang meledak di bagian lantai dasar. Kejadian tersebut menyebabkan 2 orang teluka, namun untungnya tak memakan korban karena tidak terjadi pada saat jam masjid menunjukkan waktu sholat.
Baca juga:
Filosofis Arsitektur Bangunan Masjid Istiqlal
Istiqlal dibangun dengan gaya arsitektur modern yang penuh filosofis. Rancangannya mengandung angka dan ukuran dengan makna-makna terstentu. Hal-hal semacam ini kini sering dijadikan sebagai konsep pembangunan tempat ibadah.
Kubah utama masjid, ditopang oleh 12 tiang. Angka ini melambangkan tanggal kelahiran Nabi dan jumlah bulan dalam tanggalan hijriah. Kemudian, lantai Istiqal juga terdiri dari 5 tingkat. Hal tersebut memiliki arti filosofis rukun Islam sekaligus Pancasila.
Terdapat tujuh gerbang untuk memasuki ruangan masjid, masing-masing pintu dinamai asmaul husna. Angka 7 juga dianggap melambangkan lapis langit di kosmologi Islam dan jumlah hari dalam seminggu.
Bedug Raksasa Masjid Istiqlal
Terdapat sebuah bedug raksasa di dalam Masjid Istiqlal. Instrumen tradisional ini dahulu dipakai sebagai penanda waktu adzan tiba. Ia biasanya akan dipukul beberapa kali oleh muadzin sebagai penyeru ajakan sholat berjamaah.
Meskipun saat ini sudah tidak dipakai, akan tetapi benda tersebut tetap dilestarikan menjadi sebuah warisan budaya Islam. Kini, suara dari bedug raksasa di Masjid Istiqlal tetap diperdengarkan ketika waktu adzan dan iqomah dengan cara direkam serta dikumandangkan lewat pengeras suara.
Bedug raksasa di Masjid Istiqlal ini dibuat dari kayu Jati yang didatangkan langsung dari hutan Randu Blatung, Jawa Tengah. Ia memiliki panjang 3,45 m dan lebar 3,40 m. Instrumen ikonik tersebut kemudian diletakkan di atas penyangga setinggi 3,80 m.
Itulah kira-kira sejarah singkat Masjid Istiqlal yang perlu Anda ketahui. Semoga uraian tersebut dapat menjadikan para generasi muda lebih menghargai perjuangan bangsa dan umat Muslim Indonesia selama ini.
Baca Juga: Rental Mobil Jakarta
Daftar Isi