Masjid Al Makmur Tanah Abang – Tanah abang, masih ada yang tidak kenal..? keberadaan pusat grosir dan ritel terbesar se asia tenggara ini setidaknya pernah di dengar dan orang Indonesia rasa – rasanya cukup mengenal. Masjid yang bernama Masjid Jami’ Al-makmur tanah abang tidak lepas dari sejarah sebuah berdirinya masjid tua ini dikawasan tanah abang.
Sejarah Masjid Al-Makmur – Tanah Abang
Mataram merupakan yang memberikan sebuah perkembangan tradisi islam melalui orang – orang yang datang ke Batavia. Melalui peperangan itu seorang bangsawan tercecer yakni KH. Muhammad Asyuro keturunan mataram. Sebagai tempat tinggalnya kemudian Muhammad Asyuro memilih di Tanah Abang.
Pada tahun 1704 Mesehi berukuran 12×8 meter mushola dibangun oleh pasukan pimpinan KH. Muhammad Asyura di tanah abang ini. Keturunan dari KH. Muhammad Asyuro melanjutkan dakwah nya sampai masuk keabad 20. KH. Abdul Somad Ayuro dan KH. Abdul Murod Ayuro merupakan anak dari KH. Muhammad Asyuro dan sekaligus penerus dakwah beliau.
Pasar sabtu buka setiap hari sabtu ini merupakan pasar yang menyaingi dan maju dari pasar senen. Pendiri dari pasar sabtu ini seorang tuan tanah belanda yaitu Yustinus Vink. Berdirinya pasar sabtu ini setelah langar KH. Muhammad Asyuro berdiri selama 31 pada tanggal 20 Agustus 1735. Sehingga perkembangan tanah abang dipicu dengan adanya pasar ini.
Pembangunan Besar – besaran
Pada tahun 1915 ukuran masjid diubah menjadi 44m x 28m dikarena jumlah perkembangan penduduk di daerah perkambungan semakin bertambah. Habib Abu Bakar Bin Muhammad Bin Abdurrahman Al-Habsyi yang merupakan took masyarakat di tanah abang keturunaan arab berinisiatif untuk mengubah masjid tersebut. Tanah wakaf seluas 1.142 m2 dari Habib Abu Bakar dan dirancang oleh arsitek yang berasal dari belanda sehingga diberi nama Al-Makmur.
Yatim Piatu Daaril Aitam yang berada di jalan yang sama didirikan juga oleh Habib Abu Bakar Al-Habsyi. Habib Al – Habsyi menanggung segala pembangunan masjid ini sebesar f 35.000. Tiga orang muslim dan keturunan arab merupakan badan kepengurusan Yayasan Misigit djemat Tanah Abang Al-Mansoer tahun 1914 selalu yang terdapat di dalamnya.
Seluas 502 m2 ke arah utara masjid diperuas pada tahun 1932. Di tahun 1952 seluas 252 m2 di bagian belakang masjid itu kemudian ditambah sebidang tanah wakaf dari Salim Bin Muhammada bin Thalib. Sehingga 2.175 m2 total luas masjid al Makmur tersebut. Di masjid Al-Makmur jenazah warga keturunan arab dishalatkan sebelum dimakamkan di kuburan wakaf ( saat ini menjadi rusun tanah abang ).
Saat sholat dzuhur dan sholat ashar para pembeli dan pedagang beribadah di masjid tua ini.
Arsitektur Masjid Al-Makmur Tanah Abang
Kemoderan dari masjid ini menyerupai masjid yang ada Arsitektur di Timur Tengah. Dari berbagai arah terlihat berwarna hijau kubah utama dari masjid al-makmur. Di dalam masjid terasa seperti klasik, yakni nilai historis yang tinggi terlihat pada bentuk jendela dan kusen mempunyai gaya abad 17.
Bangunan atap dua Menara yang berbentuk kubah berada di tiga pintu masuk masjid. Masjid yang bangunannya menyerupai masjid di timur tengah ini memiliki kubah utama berwarna hijau yang dapat dilihat dari berbagai arah. Keunikan bentuk yang ada pada masjid Al – Makmur ini tidak dapat dijumpai di masjid – masjid yang ada di Indonesia seperti pada elemen bangunan dan kubahnya.
Bentuk dari kubah ini bagian atas seperti topi bishop atau kupola dan bagian bawah memiliki bentuk segi empat yang mengecil. Seperti di masjid lainnya kubah berbentuk bawang yang mengapit kubah utama masjid al Makmur ini. Dua Menara tinggi yang mengapit pada pintu masuk utama ( iwan ) merupakan bentuk arsitektur masjid yang ada di asia barat.
Pada tahun 1996 sertifikat Sadar Pemugaran didapat oleh masjid Al Makmur ini. Masjid al Makmur dapat menampung sebanyak 5.400 jamaah dan juga terdapat 3 makam yang sering diziarahi oleh banyak warga yang diangap keramat.
Daftar Isi