Masjid Agung Sudirman, Profil, Sejarah dan Arsitekturnya

Masjid Agung Sudirman

1. Berbentuk Bangunan Joglo

Masjid Agung Sudirman juga menggunakan bentuk Joglo sehingga terlihat sangat indah. Digunakannya bentuk Joglo ini bukan tanpa sebab. Yaitu karena mayoritas umat Islam di lingkungan tersebut merupakan pendatang dari pulau Jawa.

Sehingga dengan menggunakan konsep ini memberikan rasa dekat terhadap kampung halamannya. Kemudian pada tahun 1994, masjid ini mengalami perubahan dengan menerapkan bentuk wantilan khas Bali.

Masjid Agung Sudirman

2. Menggunakan Bangunan Wantilan Khas Bali

Bangunan masjid agung di Denpasar ini menggunakan bentuk wantilan khas Bali yang menunjukkan kesadaran para pengurus serta jamaah dalam menghargai arsitektur Bali. Tujuan lainnya yaitu untuk menunjukkan keberadaan umat Islam dalam menghargai nilai-nilai lokal.

Sementara itu, penerapan bangunan wantilan pada masjid ini dilakukan karena adanya persamaan filosofis umat Hindu dan Islam. Dimana wantilan dan masjid sama-sama digunakan untuk tempat berkumpul bagi umat masing-masing.

Masjid Agung Sudirman

3. Strategi Non Arsitektural

Perubahan bangunan masjid dari Joglo ke bentuk wantilan ini dilakukan karena menjadi salah satu strategi adaptasi non arsitektural. Artinya, dengan perubahan ini menunjukkan kebebasan bagi warga non Muslim untuk bisa menggunakan bangunan yang ada di lingkungan masjid.

Daftar Isi

error: Content is protected !!